16 Tahun Perjanjian Damai, Kita Rakyat Aceh Jangan Mau Dibodoh-bodohin

Laporan: Admin author photo
16 Tahun Perjanjian Damai, Kita Rakyat Aceh Jangan Mau Dibodoh-bodohin
Tarmizi Age

Acehpress.com, BANTEN | Melihat kembali sejarah silam pergolakan dan peperangan Aceh, selalu di perkuat oleh susunan kekuatan rakyat dari pinggir gunung hingga pinggir laut ( dari bineeh glee hingga bineeh laoet ), termasuk perjuangan GAM juga demikian,

Pertanyaannya, untuk siapa hasil perjuangan yang dicapai Aceh selama ini, sehingga Aceh tetap saja miskin, dan rakyat hidup seadanya, kata Tarmizi Age, Jumat ( 23/7/2021 ),

Jika hasil yang dicapai oleh para pejuang dengan mempertaruhkan nyawa, darah dan air mata, hinga anak-anak menjadi korban, lalu hasilnya untuk mengisi perut penguasa, sungguh menyayat hati dan menyedihkan sekali,

"Pemimpin jangan bodohin orang kecil, rakyat punya hak atas hasil Alam Aceh,"

Kepada para stakeholder yang berkuasa di Aceh, "Janganlah bodoh-bodohin kami rakyat yang mungkin kalian anggap bodoh," ujar Tarmizi Age,

"Kami tentu tidak sebodoh apa yang kalian sangka," tolong jangan tipu hak pejuang dan hak rakyat, sebut Tarmizi Age lagi, 

Hasil Memorandum Of Understanding ( MoU ) atau Kesepakatan Helsinki yang merujuk pada nota kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka ( GAM ) yang ditandatangani di Helsinki, Finlandia pada 15 Agustus 2005, merupakan satu capaian yang baik untuk Aceh,

Kami yang mungkin dikira bahagian dari orang-orang bodoh ingin bertanya, apa saja yang sudah di perjuangkan pemerintah Aceh, Dewan Perwakilan Rakyat Aceh ( DPRA ) dan Wali Nanggroe menyangkut isi MoU Helsinki 2005, dan apa saja hasil capaiannya selama 16 tahun,

Karena harusnya, berbekalkan MoU Helsinki, rakyat Aceh sudah bisa hidup enak-enak dibumi Iskandar Muda sekarang,

Maklum, sudah enam belas ( 16 ) tahun MoU Helsinki berjalan, tapi kenapa masih seperti cerita dongeng, timpal Tarmizi Age, 

Kalau berterusan begini, kapan rakyat Aceh bisa menikmati kebebasan politik dan kekuatan ekonomi sesuai MoU Helsinki, jadi apakah MoU Helsingki itu  hanya janji pura-pura saja ?

Tolonglah jangan dibodoh-bodohi rakyat, pinta Tarmizi Age seraya mengajak Pemerintah Aceh, DPRA, dan Wali Nanggroe untuk tuntaskan semua isi  MoU Helsinki secepatnya,

Masak 16 tahun MoU Helsinki masih sebatas ini hasilnya, apalah Gubernur Aceh, DPRA dan Wali Nanggroe, tidak malu pada rakyat Aceh, 

Padahal sejak GAM berhasil membawa perundingan Aceh ke Helsinki, Finlandia, pemerintah Aceh dan DPRA langsung di kuasai mereka di Aceh melalui Partai Aceh ( PA ), 

Pemilihan legislatif 2009 hampir seluruh kursi parlement diduduki oleh para pejuang, Tapi pertanyaannya sekali lagi, apa hasil yang sudah dicapai mereka untuk kesejahteraan kita rakyat Aceh dan para mantan GAM serta untuk para korban dan anak-anaknya,

Seharusnya sekarang rakyat sudah bisa merasa merdeka secara politik dan ekonomi, bukan malah Aceh jadi daerah termiskin di Sumatra, apa kerja pemerintah Aceh, DPRA dan Wali Nanggroe di Aceh,

Mungkin mereka menganggap kita rakyat bodoh lalu di bodoh-bodohin, sehingga triliunan dana Otsus pun yang merupakan bagian dari pampasan perang,  tidak kita rasakan, tanbah Tarmizi Age,

Adakah hak-hak saudara kita para pejuang  ( mantan kombatan ) yang sudah wafat dalam perjuangan dan musibah lainnya di tunaikan oleh pemerintah,

Bagaimana dengan hak-hak pejuang ( mantan kombatan ) dan rakyat yang sudah menjadi korban cacat fisik dan harta karena perang atau karena lainnya, apa di peduli,

Bagaimana kehidupan anak-anak para pejuang ( mantan kombatan ) baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal, dan anak-anak rakyat Aceh yang menjadi korban, apa di bantu,

Apakah hak-hak pejuang ( mantan kombatan ) yang masih hidup baik yang berkeluarga dan yang tidak, mendapat tunjangan setiap bulan, 

Apa saja hak-hak rakyat Aceh yang harus di penuhi sebagai sebuah kewajiban tanggung jawab oleh pemerintah Aceh

Rakyat Aceh, jangan lupa, Perdamaian Aceh sudah masuk angka 16 tahun pada agustus 2021, apakah sudah memadai demikian ( pue ka meumada lagenyan), bek sampe tanyoe di peubangai ( jangan sampai kita dibodoh-bodohin) terus, Tarmizi Age  menutup pernyataannya. (*)

Share:
Komentar

Berita Terkini