Aceh Butuh Gubernur Seperti Ampon Man Sang Negosiator GAM Lulusan Hukum

Laporan: Admin author photo
Tarmizi Age kopi silaturrahmi bareng Ampon Man di Jakarta

JAKARTA - Teuku Kamaruzzaman akrab disapa Ampon Man lahir di Lhokseumawe, 20 September 1960,  merupakan salah satu Advocat dan Konsultan Hukum, lulusan study Hukum di Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala- Aceh Tahun 1988, adalah merupakan sosok yang di butuhkan Aceh untuk gubernur kedepan, kata Tarmizi Age akrab disapa Mukarram pemerhati Aceh di Jakarta, Jumat (9/9/2022).

Managing Partners Teuku Kamaruzzaman & Partners Legal Counsellor, sebagai External Legal PT Medco E&P Malaka, Oil and Gas Company, dari Tahun 2015- hingga saat ini, memulai Study Pertama dan Menengah nya di Lhokseumawe dan Bireuen, 

Ampon Man Ketua III Senat Mahasiswa FH Unsyiah (1986-1989) yang juga Ketua Bidang Hukum GAPENSI Aceh Utara (1995-2000), sekaligus Ketua Pemuda Pancasila Aceh Utara (1996-1999), Dalam Priode Konfik Aceh terlibat sebagai Negosiator mewakili GAM, dalam Kesepakatan Damai Pemerintah Republik Indonesia dengan GAM, (Juni 2000 – Mei 2003), difasilitasi oleh Henry Dunant Centre Geneva-Swiss, di Geneva, Bavoa, Swiss dan di Aceh. 

Ampon Man sudah membantu menyelesaikan konflik Aceh Jakarta berakhir damai, kini Teuku Kamaruzzaman harus mau membantu membangun Aceh.

Dalam perspektif Tarmizi Age,  susah senang perjalanan hidup Ampon Man menjadikan Ia akan lebih tegar sebagai pemimpin masa depan Aceh. Teuku Kamaruzzaman malahpernah dua kali masuk penjara, Agustus Tahun 2001 dan 2003-2005.

Setelah perjanjian damai Aceh yang sering disebut MoU Helsinki di tanda tangani di Finlandia Ampon Man aktif sebagai Sekretaris Badan Pelaksana BRR NAD – Nias (Juli 2006 – 27 Agustus 2008), selanjutnya sebagai Founder and Members of Board, International Centre on Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS) sejak 2009- sekarang. 

Di Gedung Diklat Depatemen Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta 22 Februari 2008, Pembekalan Materi Proses Perdamaian dan Rehabilitasi Rekonstruksi Aceh-Nias, kepada 14 Calon Kepala Perwakilan/Duta Besar Republik Indonesia. 

Aceh harus mengubah diri dalam persaingan kemajuan dunia yang global semakin terbuka, sebut Tarmizi Age, Ampon Man diyakini mampu mensejajarkan Aceh dengan provinsi maju di dunia.

Ampon bisa adalah antara putra Aceh yang bisa di banggakan kepada dunia, Ia pernah menjadi Narasumber di Harvard University, Boston, United State of America (24-27 Oktober 2007) pada Conference at Harvard University on The Future of Aceh:

Kemudian The Remainders of Violence and the Peace Prosess in Nanggroe Aceh Darussalam, makalah Challenges for Combining post – Tsunami and post – Conflict Rebuilding and Economic Reconstruction, Pendidikan di Singapore (19 Juli 2007 – 16 Agustus 2007). Training Program Peningkatan Kapasitas Individual. (Fulltime Course Invoice) at British Council Singapore. Di Banda Aceh 24 - 27 February 2007, ICAIOS 1st International Conference on Aceh and Indian Ocean Studies, 

Sebagai Pembicara dengan makalah: Potensi Konflik Aceh Masa Depan”.  Di Tokyo - Japan, September 2006, pada Institute of Tehnology, di Departement of Value Decision Science (VALDES) Jepang, menjadi Nara Sumber pada Symposium and Seminar The 21st Century COE Program “Creation of Agent Based Sosial Systems Science” dengan makalah Proses Rekonstruksi dan Perdamaian Aceh. 

Di Liverpool, England, 20 – 22 July 2008, The 24th Annual Conference of The Association of South East Asian Studies in The UK (ASEASUK), sebagai Anggota. Di Kuala Lumpur    Sebagai Observer pada Rencana Signing Ceremony of the Memorandum of Agreement on The Ancestral Domain between the Goverment of the Republic of Philipines (GRP) and Moro Islamic Liberation Front (MILF). 

Di tahun 2013 sebagai Anggota Delegasi Perunding RI untuk Pemerintah Columbia di Bogota, Delegasi dipimpin Menteri Luar Negeri RI Retno Marshudi, yang di utus oleh Wakil Presiden Republik Indonesia H. Jusuf Kalla.

Akhirnya, Teuku Kamaruzzaman yang akrab disapa Ampon Man harus diberi kepercayaan oleh bansa untuk menjadi gubernur Aceh, memimpin Aceh, mengurus Aceh agar tidak makin tertinggal dan tergilas oleh globalisasi dunia, tutup Tarmizi Age. (*)

Share:
Komentar

Berita Terkini